Page

Dalil Shalat Sunah Di Sisi Maqam Ibrahim Setelah Thawaf



N. Shalat Setelah Selesai Melaksanakan Thawaf Di Sisi Maqam

Bagi siapa saja yang memasuki Baitul Haram dan telah thawaf di sekitar Ka’bah sebanyak tujuh putaran, maka disunahkan baginya untuk shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim as., di mana maqam berada di antara dirinya dengan Ka’bah. Dua rakaat ini disebut dua rakaat thawaf. Allah Swt. berfirman:

“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman, dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud.” (TQS. al-Baqarah [2]: 125)

Dari Anas bin Malik ra. ia berkata: “Umar bin Khaththab berkata: aku bertanya: “Wahai Rasulullah, seandainya aku menjadikan maqam Ibrahim sebagai tempat shalat.” Maka Allah Swt. menurunkan: “dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat”, hadits ini diriwayatkan oleh at-Thabari dalam tafsirnya.

Shalat dua rakaat ini disunatkan, di mana pada rakaat pertama dia membaca qul huwallahu ahad, dan dalam rakaat kedua qul yaa ayyuhal kaafiruun, jika dia ingin mengikuti apa yang dibaca Rasulullah saw. Dari Ja’far dari ayahnya, ia berkata:

“Aku mendatangi Jabir bin Abdillah, lalu kami bertanya kepadanya tentang haji yang dilakukan Nabi Saw. Dia menyebutkan haditsnya dengan panjang, dan ia berkata: dan ketika dia selesai -maksudnya dari thawaf- beliau Saw. pergi ke maqam Ibrahim dan shalat di belakangnya dua rakaat, dan membacakan -dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim sebagai tempat shalat (al-Baqarah: 125)- ia berkata: yakni membaca di dalam dua rakaat itu surat at-tauhid (al-ikhlas) dan qul yaa ayyuhal kaafiruun.” (HR. Ibnu Khuzaimah)

Muslim meriwayatkan hadits ini dari Jalur Jabir dengan redaksi yang panjang tentang sifat haji yang dilakukan Rasulullah Saw., di dalamnya disebutkan:

”...Hingga jika kami tiba di Baitullah bersamanya, beliau Saw. mengusap rukun, lalu beliau berjalan cepat tiga kali dan berjalan biasa empat kali (mengelilingi Ka'bah). Kemudian beliau Saw. melewati maqam ibrahim seraya membaca: “dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat” sehingga beliau menjadikan maqam berada di antara dirinya dengan al-bait. Lalu ayahku berkata: aku tidak mengetahui dzikirnya kecuali dari Nabi Saw. Beliau Saw. membaca dalam dua rakaat tersebut: qul huwallahu ahad, dan qul yaa ayyuhal kaafiruun.”

Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi dengan redaksi hampir sama. Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: dan aku mendengarnya -yakni Rasulullah Saw.- bersabda:

“Barangsiapa yang berthawaf dengan tujuh hitungan dan dia shalat dua rakaat, maka baginya seperti membebaskan budak...” (HR. Ahmad)

Ucapannya: dengan tujuh hitungan, yakni tujuh putaran yang dihitungnya. Dan shalat sunat ini -yakni shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim dan semisalnya, yakni thawaf di seputar Ka’bah bagi orang yang memasuki Masjidil Haram- dilaksanakan dalam setiap waktu, baik malam atau siang, tanpa ada suatu kemakruhan, dan ini merupakan salah satu keistimewaan yang diberikan Allah Swt. untuk Baitul Haram yang tidak diberikan pada tempat lain di bumi ini. Jadi, khusus di Baitul Haram tidak ada waktu larangan, baik larangan dimakruhkan atau larangan diharamkan, dari shalat apapun, baik fardhu ataupun tathawwu'. Jubair bin Muth'im berkata bahwa Nabi Saw. bersabda:

“Wahai Bani Abdi Manaf, janganlah kalian melarang seorangpun dari berthawaf di rumah ini, dari shalat di waktu kapanpun yang dia inginkan, baik malam atau siang.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud, an-Nasai dan Ibnu Majah)

Dan maqam Ibrahim adalah tempat di mana Nabi Ibrahim as. berpijak di atas sebuah batu ketika beliau membangun Ka'bah bersama puteranya, Ismail as.

Sumber: Tuntunan Shalat Berdasarkan Qur’an Dan Hadits, Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Pustaka Thariqul Izzah

(Artikel ini tanpa tulisan Arabnya)