Page

Merekatkan Kembali Ukhuwah



Suatu ketika, ada salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang kedatangan seorang tamu. Kemudian sahabat tersebut bertanya kepada istrinya, ”Apakah kamu memiliki sesuatu untuk menjamu tamu." Istrinya menjawab, “Tidak ada, hanya makanan yang cukup untuk anak-anak kita." Lalu sahabat tersebut berkata, "Kalau begitu, sibukkanlah anak-anak kita dengan sesuatu. Kalau mereka ingin makan malam, ajak mereka tidur. Jika tamu kita masuk (ke ruang makan), padamkanlah lampu. Tunjukkan kepada dia bahwa kita pun sedang makan bersamanya.” Mereka pun duduk bersama (tanpa makan), sementara tamu tersebut makan sendirian. Malam itu keluarga sahabat itu tidur dalam keadaan menahan lapar. Tatkala pagi, pergilah mereka berdua (sahabat dan istrinya) menuju Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW memberitakan (pujian Allah SWT kepada mereka berdua), ”Sungguh Allah merasa kagum dengan perbuatan kalian berdua (kepada tamu kalian).” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat lain, Ibnu Umar ra. bertutur: Salah seorang dari sahabat Nabi SAW pernah diberi hadiah kepala kambing. Dia lalu berkata, ”Sungguh fulan dan keluarganya lebih membutuhkan ini daripada kami.” Ibnu Umar berkata, ”Lalu ia mengirimkan hadiah tersebut kepada yang lain. Secara terus-menerus hadiah itu dikirimkan dari satu sahabat kepada sahabat yahg lain hingga berputar sampai tujuh rumah. Akhirnya, hadiah itu kembali kepada orang yang pertama kali memberikan.” (HR. al-Baihaqi, Syu'ab al-Iman, 3/259).

Dalam riwayat lainnya Iagi, Nafi', maula Ibnu Umar, meriwayatkan: Ibnu Umar suatu ketika sakit. Ia sangat menginginkan anggur. Lalu ia mengutus Shafiyah (istrinya) dengan membawa satu dirham untuk membeli anggur segar. Saat pelayan (utusan) mengantarkan anggur, dia diikuti oleh seorang pengemis. Setelah sampai di pintu rumah, utusan masuk. Dari luar pengemis berkata, ”Ada pengemis.” Lalu Ibnu Umar berkata, “Berikan anggur itu kepada dia." Lalu utusan itu memberikan anggur tersebut kepada pengemis tersebut. (HR. al-Baihaqi, Syu'ab al-Iman, 3/260).

Dalam riwayat lainnya lagi yang lebih menakjubkan, Abdullah bin Mushab az-Zubaidi dan Hubaib bin Abi Tsabit bertutur: Pada Perang Yarmuk, telah syahid Harits bin Hisyam, Ikrimah bin Abu JahaI, dan Suhail bin Amr. Sebelum syahid, mereka ketika itu akan diberi minum, sedangkan mereka dalam keadaan kritis. Namun, semuanya saling menolak.
Ketika salah satudari mereka akan diberi minum, dia berkata, ”Berikan dulu air itu kepada si fulan.” Demikian seterusnya sehingga semuanya meninggal, sementara mereka belum sempat meminum air itu.
Dalam versi lain perawi menceritakan: Ikrimah meminta air minum, namun ia melihat Suhail sedang memandang dirinya. Ikrimah lalu berkata, ”Berikan air itu kepada dia." Ketika itu Suhail juga melihat al-Harits sedang melihat dirinya. Suhail lalu berkata, ”Berikan air itu kepada dia.” Namun, belum sampai air itu kepada Harits, ternyata ketiganya telah meninggal tanpa sempat merasakan air minum tersebut sedikitpun. (HR. Ibnu Saad dalam Ath-Thabaqat).

Demikianlah beberapa penggal kisah sahabat Rasulullah SAW. Kisah-kisah di atas menggambarkan bagaimana kuatnya ikatan ukhuwah Islamiyyah di kalangan para sahabat Rasulullah SAW. Begitu kuatnya ukhuwah mereka hingga mereka lebih mementingkan dan mendahulukan sahabat yang lain ketimbang diri mereka sendiri. Mereka tentu mengamalkan sabda Rasulullah SAW, ”Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal saling mengasihi, saling menyayangi dan saling mencintai adalah seperti sebuah tubuh; jika salah satu anggota tubuh sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam.” (HR. Muslim).

Mereka pun tentu mengamalkan sabda Rasulullah SAW, ”Seorang Mukmin bagi Mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan yang bagian-bagiannya saling menguatkan satu sama lain.” (HR. Muslim).

Karena itu, marilah kita meneladani para sahabat, sebagaimana tercermin dalam kisah-kisah di atas, dengan makin merekatkan kembali ikatan ukhuwah kita. []abi

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 190
---