Page

Ketika Pengusaha Tidak Menjadi Penguasa, Melawan Praktik Negara Korporasi (Jilid 3)



Oleh: Muhammad Karebet Widjajakusuma, Ketua Lajnah Khusus Pengusaha HTI, Praktisi bisnis syariah

Muslimpreneur,

Seperti dua sosok agung yang telah diulas serba ringkas sebelumnya, Utsman bin Affan pun memiliki karakter pengusaha Muslim yang penuh berkah dan pejuang. Kekayaannya berpadu dengan ketaatannya pada Islam. Kewibawaannya berpadu dengan pengorbanannya bagi Islam. Ketokohannya berpadu dengan keteladan sikapnya dalam menerapkan Islam kaffah, baik semasa Rasul SAW masih hidup maupun telah tiada.
Pengusaha yang dibaiat menjadi penguasa penuh amanah. Bukan pengusaha yang menjadi penguasa penuh kezaliman. Totalitas pada penerapan syariah Islam dalam bingkai khilafah tampak jelas tak terbantahkan. Jauh dari retorika, dan puja-puji dunia yang tak ada arti!

Ada satu episode kehidupan beliau yang bisa menjelaskan bagaimana sikapnya terhadap harta kekayaannya dalam perjuangannya di jalan Allah SWT. Pada masa Khalifah Abu Bakar As-Siddiq ra., kaum Muslimin pernah dilanda kemarau dahsyat. Dalam kondisi mencekam seperti itu, sebuah kafilah bisnis dengan 1.000 unta mengangkut gandum, minyak dan kismis berhenti di depan rumah Utsman, lalu mereka menurunkan muatannya. Setiap unta membawa setengah ton muatan. Artinya ada 500 ton gandum dan bahan pangan lainnya!

Tak lama kemudian pedagang datang menemui Utsman, dengan maksud ingin membeli barang itu dengan memberi penawaran yang menggiurkan. Namun Utsman tegas menolak, namun tetap santun, "Allah SWT memberi kepadaku 10 kali lipat, apakah kalian dapat memberi lebih dari itu?” Mereka serentak menjawab, ”Tidak!" Utsman berkata lagi, “Aku menjadikan Allah sebagai saksi bahwa seluruh yang dibawa kafilah itu adalah shadaqah karena Allah, untuk fakir miskin.”
Petang itu juga, Utsman ra. membagi-bagikan seluruh makanan yang dibawa unta tadi kepada setiap fakir dan miskin. Mereka semua mendapat bagian yang cukup untuk keperluan keluarganya masing-masing dalam jangka waktu yang lama. Terhindarlah ancaman bencana kelaparan yang dahsyat itu. Subhanallah.

Tak hanya itu, di episode lainnya, sewaktu Nabi Muhammad SAW kekurangan dana untuk membiayai pasukan besar menuju perang Tabuk pada tahun 9 H/631 M, pertempuran pertama dengan adidaya dunia Bizantium (Romawi Timur), maka Abu Bakar datang menyerahkan seluruh hartanya 40.000 dirham. Umar menyumbangkan separuh dari hartanya, Abdurrahman Bin Auf menyerahkan 200 goni gandum dan Utsman ibn Affan memikul sepertiga dari keseluruhan biaya pasukan besar itu, dengan menyerahkan 950 ekor unta dan 50 ekor kuda dan uang tunai sebesar 1 .000 dinar. Subhanallah.

Saat dibaiat menjadi khalifah, usia beliau sudah 70 tahun! Usianya 5 tahun lebih muda dari Rasulullah SAW. Menjadi khalifah selama 12 tahun. Umur yang tak lagi muda tidak menghalanginya untuk mengemban amanah dengan penuh prestasi dan keberkahan!

Di masanya, sejumlah prestasi ditorehkan. Di antaranya, kodifikasi Mushaf Al-Qur’an, renovasi Masjid Nabawi, pembentukan angkatan laut seiring dengan makin luasnya wilayah Islam hingga Armenia, Azerbaijan, Siprus hingga mendekat ke Konstantinopel.

Muslimpreneur,

Begitulah mestinya pengusaha Muslim saat ini, meneladani jejak pengusaha era Nabi SAW: Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Karenanya, jadilah pengusaha pejuang bagi berlangsungnya khilafah yang sudah jelas sesuai syariah, bagus dan menyejahterakan. Bukan malah melanggengkan negara korporasi yang bertentangan dengan syariah, rusak dan zalim.

Semoga Allah SWT menjadikan kita Pengusaha Pejuang Syariah dan Khilafah yang setia pada syariat serta teladan bagi umat. Aamiin allahuma aamiin. []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 146, Maret 2015
---