Page

PENTINGNYA PUNYA RASA MALU




Zakariya al-Bantany







Seorang yang beriman atau Mukmin (Muslim) sejati, yang berakhlak mulia atau berkepribadian Islam. Adalah mereka yang memiliki rasa malu dan tahu malu.



Yaitu, malu bermaksiat kepada Allah. Dan malu memamerkan segala kemaksiatan dan kejahilannya. Malu mengulang-ulang kesalahan yang sama, untuk kedua kali dan kesekian kalinya.



Malu bila tidak menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan malu bila tidak ibadah, tidak menuntut ilmu, tidak beramal shalih, tidak dakwah amar ma'ruf wa nahi munkar, dan tidak jihad fisabilillah.



Serta malu bila melanggar Syariah-Nya, baik secara terang-terangan maupun secara diam-diam. Dan malu bila tidak berislam kaffah (Syariah dan Khilafah).



Juga, malu bila sampai kurang ajar dan su'ul adab serta biadab. Dalam memusuhi dan mengkriminalisasi ajaran Islam perihal Syariah dan Khilafah serta perjuangannya tersebut.



Dan juga malu-maluin saja, atau tidak tahu malu. Alias tidak tahu diri atas posisi dirinya dan hakikat jati dirinya sebagai manusia dan hamba yang diciptakan oleh Allah SWT.



Disinilah pentingnya, kita seorang yang beriman. Atau pun seorang Mukmin atau seorang Muslim itu memiliki rasa malu.



Karena, malu itu bagian dari keimanan dan bagian dari akhlak Islam. Dan bukti ketaqwaan kepada Allah SWT.



Rasulullah Saw bersabda:




إنّ لكلّ دين خلقا، وخلق الإسلام الحياء




"Setiap agama mempunyai ciri khas akhlak, dan ciri khas akhlak Islam itu rasa malu." (HR. Ibnu Majah).






 الحياء من الإيمان




"Malu sebagian dari Iman." (HR. Muslim).






الإيمان بضع و سبعون، أو بضع و ستون شعبة، فافضلها : لا إله إلا الله، و أدناها إماطة الأذى عن الطريق، و الحياء شعبة من الإيمان




"Iman itu terbagi tujuh puluh ataupun enam puluh cabang, yang paling tinggi tingkatannya adalah kalimat: " Lâ ilâha illa Allah", sedangkan yang paling rendah tingkatannya adalah menyingkirkan duri di jalan, dan Malu itu termasuk salah satu cabang iman." (HR. Muttafaqun alaih).






الـحياء و الإيمان قرنا جمـيعا، فإذا رفع أحدهما رفع الأخر




“Malu dan iman senantiasa bersama. Apabila salah satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya.” (HR. Al-Hakim dan Thabrani).






الـحياء من الإيمان و الإيمان فـي الـجنّة، والبذاء من الـجفاء والـجفاء فـي النّار




“Malu adalah bagian dari iman, sedang iman tempatnya di Surga, dan perkataan kotor adalah bagian dari tabiat kasar. Sedang, tabiat kasar tempatnya di Neraka." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).






الحياء لا يأتي إلا الخير




"Malu tidak mendatangkan sesuatu, kecuali hanya kebaikan semata". (HR. Bukhari).






إنّ ممّا أدرك النّاس من كلام النّبوّة الأولى، إذا لم تستح فاصنع ما شئت.




"Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui oleh manusia dari kalimat Kenabian terdahulu. Adalah, 'Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu'." (HR. Bukhari, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Thabrani).






Wallahu a'lam bish shawab. []