Page

KHILAFAH, ya KHILAFAH LAGI, dan TERUS KHILAFAH

 



*Utsman Zahid As Sidany*


Tulisan sederhana ini ingin sedikit mengurai bagian kecil dari sebuah kitab yang berjudul "Nizham al-Khilafah fi al-Fikr al-Islami /Sistem Khilafah dalam Pemikiran Islam". Sebuah kitab yang ditulis oleh seorang dosen di Darul Ulum Universitas Cairo, sekaligus perain Nobel penghargaan Internasional untuk dakwah dari Raja Faisal Saudi Arabia, Dr. Mushthafa Hilmi. 


++


Tulisan ini hanya ingin sedikit menyoroti di bagian pendahuluan dan kesimpulan. 


++


Pada bagian pendahuluan, ada hal-hal penting yang disinggung oleh penulis:

1. Bicara khilafah cakupannya sangat luas; mulai dari kedudukannya yang agung di mata syara', sejarah dan posisinya dalam pemikiran Islam, hingga perannya yang sangat penting dalam menjaga kesatuan dan persatuan kaum Muslim. 

2. Mengapa umat Islam sampai lupa sejarahnya? Lupa jika terjadi pada individu bisa menjadi nikmat, karena dapat meringankan rasa sakit atas musibah yang menimpa. Namun, jika lupa menimpa sebuah umat, maka merupakan sebuah musibah besar. Umat tidak akan bangkit tanpa mengkaji dan mempelajari sebab-sebab keruntuhannya. 

3. Nampaknya - kata penulis - umat Islam telah lupa arti khilafah sebagai sebuah sistem yang tegak atas dasar penerapan perundang-undangan ilahi (syariat Islam), mewujudkan keadilan sosial, keamanan, dan kehormatan bagi umat manusia, serta bagaimana Khilafah membentangkan jalan hidup sesuai dengan tuntunan syara'. 

4. Tujuan dari tegaknya Daulah Islam (Khilafah) adalah mewujudkan struktur politik yang dapat mewujudkan kesatuan dan persatuan kaum Muslim serta terjadinya ta'awun di antara mereka. 

5. Namun umat Islam telah tersibukkan, pasca dipecah-pecah menjadi negara-negara kecil dengan beragam ideologi. Saling bertikai dan bermusuhan, dan mereka lupa bahwa Islamlah satu-satunya yang akan menyatukan mereka, bukan teori, pemikiran dan aliran politik manapun. 

6. Penulis menegaskan: "Sebagian orang mengira bahwa kini bukan saatnya lagi bicara tentang Khilafah, masa Khilafah telah usai dan pengaruhnya telah usang, tinggal romantisme sejarah belaka. Saya tegaskan bahwa saya tidak sepakat dengan pandangan ini, baik secara global maupun secara terperinci! Bahkan, bicara soal khilafah adalah bagian dari obat dan solusi paling inti terhadap masalah pendudukan Palestina oleh Yahudi!! 

7. Musuh Islam faham betul bahaya yang mengancam mereka jika kaum Muslim bersatu kembali dan kembali sadar bahwa meraka adalah umat yang satu. 

8. Yahudi menggunakan elemen-elemen tertentu untuk memusuhi Islam. 

9. Permusuhan yang terjadi adalah permusuhan Ideologi atau akidah, kemudian baru disisul politik dan ekonomi. 

10. Penulis mengatakan: "Jika kami menyerukan urgensinya menegakkan kembali sistem Khilafah, maka jangan sekali-kali ada sebagian orang menyangka bahwa kami terbang dalam khayalan!! Sungguh kami telah belajar dari Sirah Rasulullah bagaimana kami memupuk sikap optimistis dan menghadapi krisis dengan spirit yang cerah sembari berharap Allah akan kembali mewujudkan nushrah-Nya setelah usaha kami". 

11. Kami tidak terbang bersama khayalan dan halusinasi utopis para filosof, seperti Plato, Alfarobi, dan Thomas More. Kesatuan dan persatuan kaum Muslim di bawah naungan Khilafah telah pernah berlangsung selama beberapa abad. Jika pun Khilafah mengalami kelemahan, justru semakin menunjukkan urgensi adanya Khilafah bagi umat ini. Apalagi di zaman ini. 

12. Sistem Khilafah adalah sistem yang hidup dan nyata. Dia baru lenyap setengah abad lalu [penulis mengarang kitab ini pada tahun 1977]. Khilafah telah pernah menyatukan berbagai suku, ras, bahasa, warna kulit, dan kebangsaan dalam kurun waktu yang sangat panjang tanpa didukung oleh sarana telekomunikasi dan transportasi seperti saat ini. [Bayangkan jika Khilafah tegak nanti dengan teknologi yang caggih, maka menyatukan kaum Muslim tentu lebih sangat mudah] . 

13. Islam adalah sistem yang sangat tinggi. 

14. Penghapusan Khilafah bertentangan dengan gambaran Islam itu sendiri dan juga bertentangan dengan gerakan berbagai bangsa yang ingin bersatu. Lalu mengapa kita justru ingin terus terpisah dan terpecah belah?! Tidak ada jawaban kecuali agar kita dijauhkan dan lalu dibumihanguskan! 


++ 

Luar biasa bukan isi pendahuluan penulis?! 


Lalu bagaimana kesimpulan beliau tentang Khilafah? Mari kita simak dalam point-point berikut:


1. Pemikiran Sunni (Ahlussunnah wal Jama'ah) dalam sejarahnya selalu menentang penghapusan Khilafah. Ahlussunnah Wal Jama'ah senantiasa berpegang teguh pada manhaj yang mereka gariskan, yaitu menjaga Islam dan melindunginya dari berbagai serangan yang selalu ada dalam lintasan sejarah! 

2. Pada saat serangan terhadap Khilafah Utsmaniyah, suara Ahlussunnah Wal Jama'ah sangat nyaring menyerukan untuk kembali menghidupkan pemerintahan Khilafah sesuai kaidah yang telah ditetapkan di dalam kitab-kitab Akidah dan Fiqh! 

3. Ahlussunnah menentang keras langkah-langkah yang dilakukan oleh Mustafa Kemal. 

4. Ahlussunnah mengingatkan akan bahaya permusuhan terhadap sistem Khilafah

5. Pemikiran Khilafah senantiasa menyatu dengan penerapan kaidah-kaidah agama (syarit Islam) hingga runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Inilah sebab utama Eropa dan Barat memusuhi Khilafah Utsmaniyah. Sebab, adanya sistem Khilafah inilah yang membuat Barat tidak bisa tidur. Karena dengan Khilafah akan terus berlanjut pemerintah dan kekuasan Islam yang akan menyapu bersih Dunia. Maka Eropa dan Barat sangat takut jika peristiwa sejarah itu kembali terjadi; kaum Muslim kembali pada keagungannya dan kemuliaannya dalam sistem Khilafah. Karena Khilafah adalah simbol yang menyatukan kaum Muslim, karena Eropa tidak pernah tenang hingga ia menghabisi Negara Islam yang terakhir!! 


+++


Demikian uraian singkat. Semoga bermanfaat. 


Terakhir, hanya ingin menambahkan, biar anget, hehe...dengan membaca penjelasan di atas, nampak betapa banyak manusia-manusia yang berdagang lebel Ahlussunnah, tapi mereka memusuhi Khilafah!! Karenanya, mereka adalah pengaku palsu!!! Mereka adalah Ahlu ad-Dimoqrathiyyah (Ahli Demokrasi), Ahlu al-'Almaniyyah (Sekularisme). 


Kepada mereka saya katakan: 

عرفنا جعفرا وبني أبيه # وأنكرنا زعانف أخرينِ

Kami mengenal Ja'far dan anak-anaknya, dan kami tidak kenal anak-anak palsu lainnya.