Page

MENCINTAI AL-QUR'AN




Oleh: Zakariya al-Bantany


[28 Oktober 2019]






Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah SWT). Yang diturunkan melalui perantaraan Malaikat Jibril AS, kepada Nabi Muhammad Rasulullah ﷺ, dengan menggunakan bahasa Arab. Disertai kebenaran agar dijadikan hujjah (argumentasi), dalam hal pengakuannya sebagai Rasul. Dan agar dijadikan sebagai pedoman hukum, bagi seluruh umat manusia. Di samping merupakan amal ibadah bagi yang membacanya.


Al-Qur’an diriwayatkan dengan cara tawatur (mutawatir). Artinya diriwayatkan oleh orang sangat banyak, semenjak dari generasi shahabat ke generasi selanjutnya secara berjama'ah. Al-Qur’an tetap menjadi mukjizat, sekaligus menjadi bukti keabadian, dan keabsahan Risalah Islam sepanjang masa. Dan sebagai sumber segala sumber hukum, bagi setiap bentuk kehidupan manusia di dunia. Allah SWT berfirman:



ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ



"Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka." (QS. Al-Baqarah: 02-03).




كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ



"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya, dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (QS. Shad: 29).




Al-Qur’an diturunkan pertama kali di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Al-Qur’an berfungsi utama sebagai Pedoman atau Petunjuk (Al-Huda), Penjelas petunjuk tersebut (Al-Bayan) dan Al-Furqan (Pembeda antara hak dan batil) bagi seluruh umat manusia. Sekaligus Al-Qur’an adalah sumber hukum Islam yang pertama. Allah SWT berfirman:



شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ



“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil).” (QS. Al-Baqarah: 185).




إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ ۚ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا


"Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad Saw) dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat." (QS. An-Nisa': 105).




Al-Qur’an adalah Kitabullah yang sangat terjaga. Dari segala sisinya terutama dari sisi lafadz, bacaannya, citarasa gaya bahasanya, dan juga dari sisi makna kandungannya. Karena, Al-Qur’an dijaga dan dipelihara langsung oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:



إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ



“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9).




Al-Qur’an sebagai sumber utama Islam, yang begitu sangat sempurna dan sangat lengkapnya. Karena, Al-Qur’an berisikan atau membahas, ataupun mengatur segala macam aspek kehidupan. Mulai dari Akidah (keimanan) dan Syariah. Baik perkara ibadah, akhlak, pakaian, makanan dan minuman. Hingga perkara muamalah, seperti: politik, ekonomi, sosial budaya, pergaulan pria dan wanita, pendidikan, kesehatan, hukum, peradilan dan persanksian, serta pertahanan dan keamanan.


Al-Qur’an pun hakikatnya, adalah surat cinta Allah kepada kekasihnya. Yaitu, para hamba-Nya, yakni orang-orang yang beriman dan bertakwa sebenar-benarnya bertakwa kepada-Nya. Al-Qur’an berisikan kabar gembira dan peringatan Allah SWT kepada para hamba-Nya tersebut. Agar para hamba-Nya tersebut, berjalan di atas jalan yang lurus. Yaitu, jalan keridhaan Allah SWT. Sehingga para hamba-Nya tersebut, selamat dan bahagia hidup di dunia maupun di akhirat.


Karena, Al-Qur’an ini surat cinta Allah kepada kita para hamba-Nya ini. Maka, sudah selayaknyalah kita membalas surat cintanya Allah ini. Dengan sungguh-sungguh kita pun mencintai Al-Qur’an tersebut. Dengan sepenuh hati, sebagai wujud rasa cinta kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.


Dalam hal ini, dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu, ia berkata:



مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ فَلْيَنْظُرْ، فَإِنْ كَانَ يُحِبُّ الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ



“Barangsiapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah, jika ia mencintai Al-Qur’an maka ia mencintai Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Al-Haitsami dalam Majma Az-Zawaid berkata: “semua rijalnya shahih”).




عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ « وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ ». قَالَ حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ « فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ». قَالَ أَنَسٌ فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ الإِسْلاَمِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ». قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ



Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:


“Pernah seorang lelaki datang menemui Rasulullah ﷺ, lalu dia bertanya: “Wahai Rasulullah, kapan Hari Kiamat?”, beliau bersabda: “Apa yang kamu telah siapkan untuk Hari Kiamat”, orang tersebut menjawab: “Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya”, beliau bersabda: “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai”, Anas berkata: “Kami tidak pernah gembira setelah masuk Islam lebih gembira disebabkan sabda Nabi Muhammad ﷺ: “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai, maka aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar, dan berharap aku bersama mereka meskipun aku tidak beramal seperti amalan mereka.” (HR. Muslim).




Karena itulah, dengan kita mencintai Al-Qur’an dengan segenap jiwa. Artinya, pada hakikatnya pun kita sesungguhnya benar-benar pula mencintai Allah dan Rasul-Nya, beserta para Shahabat Radhiyallahu 'anhum.


Adapun cara mencintai Al-Qur’an tersebut. Adalah dengan sungguh-sungguh menjaganya. Dan cara menjaga Al-Qur’an itu sendiri adalah dengan cara:


*1. Mempelajarinya dan mengajarkannya*


Dari Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:



خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ



“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari, 5027).




Karena itulah, sudah selayaknyalah sebagai bukti cinta kita kepada Al-Qur’an. Adalah dengan sungguh-sungguh kita belajar dan mengajarkannya. Baik bacaan dan tulisan Al-Qur’an, menterjemahkannya maupun tafsirnya. Serta mempelajari pula ushlub, kaidah dan gaya bahasanya.




*2. Membacanya*


Dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:



الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أجْرَانِ



“Orang yang membaca Al-Qur`an dan dia mahir membacanya, dia bersama para Malaikat yang mulia. Sedangkan, yang membaca Al-Qur`an namun dia tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala.” (HR. Al-Bukhari 4937, Muslim 244).




Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu, Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:



اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه



“Bacalah oleh kalian Al-Qur’an. Karena, ia (Al-Qur’an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim, 804).





*3. Menghafalkannya*


Dari Ummul Mukminin 'Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi ﷺ bersabda:



مَثَلُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهْوَ حَافِظٌ لَهُ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ ، وَمَثَلُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهْوَ يَتَعَاهَدُهُ وَهْوَ عَلَيْهِ شَدِيدٌ ، فَلَهُ أَجْرَانِ



"Orang yang membaca dan menghafal Al-Qur’an, dia bersama para Malaikat yang mulia. Sementara orang yang membaca Al-Qur’an, dia berusaha menghafalnya, dan itu menjadi beban baginya, maka dia mendapat dua pahala." (HR. Bukhari, 4937).




Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:



يَجِىءُ الْقُرْآنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ يَا رَبِّ حَلِّهِ فَيُلْبَسُ تَاجَ الْكَرَامَةِ ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ زِدْهُ فَيُلْبَسُ حُلَّةَ الْكَرَامَةِ ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ ارْضَ عَنْهُ فَيَرْضَى عَنْهُ فَيُقَالُ لَهُ اقْرَأْ وَارْقَ وَتُزَادُ بِكُلِّ آيَةٍ حَسَنَةً



"Al-Qur’an akan datang pada Hari Kiamat, lalu dia berkata, “Ya Allah, berikan dia perhiasan.” Lalu Allah berikan seorang hafidz (penghafal) Al-Qur’an mahkota kemuliaan. Al-Qur’an meminta lagi, “Ya Allah, tambahkan untuknya.” Lalu dia diberi pakaian perhiasan kemuliaan. Kemudian dia minta lagi, “Ya Allah, ridhai dia.” Allah-pun meridhainya. Lalu dikatakan kepada hafidz Qur’an, “Bacalah dan naiklah, akan ditambahkan untukmu pahala dari setiap ayat yang kamu baca." (HR. Turmudzi 3164 dan beliau menilai Hasan shahih).




Dalam riwayat lain, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:



يجيء القرآن يوم القيامة كالرجل الشاحب يقول لصاحبه : هل تعرفني ؟ أنا الذي كنتُ أُسهر ليلك وأظمئ هواجرك… ويوضع على رأسه تاج الوقار ، ويُكسى والداه حلَّتين لا تقوم لهما الدنيا وما فيها ، فيقولان : يا رب أنى لنا هذا ؟ فيقال لهما : بتعليم ولدكما القرآن



"Al-Qur’an akan datang pada Hari Kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu… ” kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya, dan kedua orang tuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar Al-Qur’an.” (HR. Thabrani dalam al-Ausath 6/651).




*4. Mengamalkannya atau membumikannya dalam segala aspek kehidupan.*


Dari An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata: saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:



« يُؤْتَى بِالْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَهْلِهِ الَّذِينَ كَانُوا يَعْمَلُونَ بِهِ تَقْدُمُهُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَآلُ عِمْرَانَ تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا



“Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim 805).




Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:



من قرأ القرآن وتعلَّم وعمل به أُلبس والداه يوم القيامة تاجاً من نور ضوؤه مثل ضوء الشمس ، ويكسى والداه حلتين لا تقوم لهما الدنيا فيقولان : بم كسينا هذا ؟ فيقال : بأخذ ولدكما القرآن



"Siapa yang menghafal Al-Qur’an, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan Al-Qur’an.” (HR. Al-Hakim, 1/756).




Allah SWT berfirman:



وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ



“Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya,” (QS. Az-Zumar: 55).




Allah SWT pun berfirman:



كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ



"Ini adalah sebuah kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (QS. Shad: 29).




وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا



"Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (QS. Al-Isra': 82).




وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ



"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raf: 96).




Karena itulah, sebagai wujud rasa cinta kita kepada Al-Qur’an. Maka, sudah selayaknyalah kita selaku Muslim wajib mengimani atau meyakini 100% kebenaran Al-Qur’an tersebut. Sekaligus kita pun, berupaya mengamalkan seluruh isi Al-Qur’an dengan membumikannya dalam segala aspek kehidupan. Baik ayat yang membahas tentang akidah, ibadah, akhlak, makanan, minuman, pakaian, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, kesehatan dan hukum dan persanksian (qishash, jinayat, had, rajam, dan lain-lain). Hingga ayat yang membahas politik Islam (siyasah Islamiyah), dan lain-lain. Allah SWT berfirman:



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ



"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah: 208).




Dan sebagai wujud rasa cinta kita kepada Al-Qur’an. Maka, sudah selayaknyalah pula, kita sebagai seorang Muslim tidak boleh mengimani atau mengambil sebagian Al-Qur’an; mengingkari atau meninggalkan (mencampakkan) sebagian Al-Qur’an.


Seperti: kita hanya mengimani atau mengambil ayat-ayat tentang ibadah dan akhlak semata. Namun, sebaliknya kita justru mengingkari atau meninggalkan (mencampakkan) ayat-ayat tentang hukum-persanksian, ekonomi khususnya keharaman riba, politik khususnya pemerintahan Islam (Khilafah), dan lain-lain. Allah SWT berfirman:



أَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَ تَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍ، فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذلِكَ مِنْكُمْ إِلّا خِزْيٌّ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّوْنَ إِلَى أَّشَّدِّ الْعَذَابِ وَ مَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ



“Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab dan ingkar kepada sebagian kepada sebagian (yang lainnya)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian itu di antara kalian selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 85).




فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا



“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’: 65).




وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا



“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (QS. Al-Ahzab: 36).




وَيَقُولُونَ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالرَّسُولِ وَأَطَعْنَا ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِنْهُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَمَا أُولَئِكَ بِالْمُؤْمِنِينَ (47) وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ مُعْرِضُونَ (48) وَإِنْ يَكُنْ لَهُمُ الْحَقُّ يَأْتُوا إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ (49) أَفِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ بَلْ أُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (50)



“Dan apabila mereka diseru kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. Tetapi jika keputusan itu untuk (menguntungkan) mereka, mereka datang kepada Rasul dengan patuh. Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. An-Nur: 47-50).




Oleh karena itu pula, sebagai wujud rasa cinta kita kepada Al-Qur’an. Maka, sikap kita sebagai seorang Muslim yang sejati, atau Mukmin yang sejati. Adalah tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT:



إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ



 “Sesungguhnya jawaban orang-orang Mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, ‘Kami mendengar, dan kami patuh.’ Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS An-Nur: 51).




Dan juga sebagai wujud rasa cinta kita kepada Al-Qur’an. Maka, selayaknya pula kita sebagai Muslim yang sejati atau Mukmin yang sejati. Selalu merujuk Al-Qur’an dan As-Sunnah, dalam setiap memutuskan berbagai macam perkara dalam kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari urusan pribadi, keluarga, masyarakat, pasar, sampai dengan urusan negara. Allah SWT berfirman:



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا



“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil Amri (Pemimpin/Khalifah dalam sistem Islam) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisaa': 59).




وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ



"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling dari hukum yang telah diturunkan Allah, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Maidah: 49).




Jadi, bentuk mencintai Al-Qur’an tidak hanya sekedar Al-Qur’an dipelajari, dibaca dan dihafalkan semata. Ataupun hanya sekedar untuk perlombaan di MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur'an) semata, dan hanya untuk perhiasan yang dipajang di tiap dinding Masjid dan rumah semata. Atau Al-Qur’an hanya sekedar dijadikan sebagai alat sumpah jabatan para petinggi negara baik eksekutif, legislatif dan yudikatif. Yang notabene para petinggi negara tersebut, satupun mereka tidak ada yang berhukum pada Al-Qur’an dalam mengurus dan mengelola rakyat dan negara. Namun, justru kebanyakan berhukum pada hukum buatan manusia dan hukum warisan buatan para penjajah kafir.


Bahkan, terkadang mereka (eksekutif, legislatif dan yudikatif) pun cenderung terus-menerus menista Al-Qur’an. Dengan menggunakan slogan kesombongan mereka: "Ayat-ayat Konstitusi (UU/UUD buatan manusia) lebih tinggi daripada ayat-ayat suci Al-Qur’an (wahyu Allah)".


Karena itulah, Al-Qur’an pun wajib diamalkan atau dibumikan secara kaffah atau totalitas, dalam segala aspek kehidupan. Baik dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, maupun dalam kehidupan bernegara. Sebagai konsekuensi keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.


Dan Al-Qur’an tidak akan bisa kita bumikan secara kaffah dalam segala aspek kehidupan. Kecuali, hanya dengan institusi politik Islam, yaitu Khilafah. Hanya Khilafah yang bisa benar-benar membumikan Al-Qur’an secara kaffah, dalam segala aspek kehidupan tersebut. Maka, kita pun harusnya bersemangat dan mengikhlaskan diri kita. Untuk turut berjuang membumikan Al-Qur’an secara kaffah, dalam segala aspek kehidupan, hanya dalam bingkai Khilafah. Sebagai wujud real cinta kita kepada Al-Qur’an, yang notabene juga merupakan wujud cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana halnya pula, semangat kita dan keikhlasan kita dalam mempelajari, membaca dan menghafalkan Al-Qur’an tersebut.


Oleh sebab itu, juga sebagai wujud rasa cinta kita kepada Al-Qur’an. Maka, marilah kita berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Demi meraih ridha Allah dan surga-Nya. Serta agar kita selamat dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat. Allah SWT berfirman:



فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى {123} وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى



"Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thaha: 123-124).




Dalam menjelaskan kedua ayat ini, Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhu berkata: “Allah menjamin kepada siapa saja yang membaca Al-Qur’an dan mengikuti apa-apa yang ada di dalamnya, maka dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.” [Tafsir Ath-Thabari, 16/225].



Nabi Muhammad Rasulullah ﷺ bersabda:



تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ



"Telah aku tinggalkan dua perkara kepada kalian. Kalian tidak akan pernah sesat selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, HR. Malik; Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim Al-Hilali di dalam At-Ta’dzhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).




Dengan mencintai Al-Qur’an sepenuh hati dan sepenuh jiwa. Semoga Allah SWT menjadikan kita semuanya, benar-benar menjadi Ahlul Qur’an yang berkepribadian Al-Qur’an. Yaitu, benar-benar menjadi Khairu Ummah (umat yang terbaik), yang menebar rahmah dan berkah bagi dunia dan alam semesta. Aaamiin.



Wallahu a'lam bish shawab. []