Page

#BENDERA ITU BUKAN SEMBARANG BENDERA


 
KH. Hafidz Abdurrahman

Hari Santri, 22 Oktober 2019, telah dinodai oleh insiden pembakaran bendera. Yang dibakar bukan bendera biasa, meski sekuat tenaga para pembakar, termasuk Ketua Ansor, bahkan PBNU, sebagaimana yang dilansir media, menyatakan itu adalah bendera HTI. Padahal, bendera itu adalah bendera Rasulullah, bendera Tauhid, bendera Islam, bendera kaum Muslim di seluruh dunia. Bukan bendera kelompok, suku dan  bangsa tertentu

Karena dengan jelas dinyatakan dalam nas hadits, sebagaimana riwayat dari Ibn 'Abbas berkata, "Rayah [panji] Rasulullah saw. berwarna hitam, dan Liwa' [bendera]-nya berwarna putih." Dalam riwayat lain, "Bertuliskan La ilaha Illa-Llah Muhammad Rasulullah" Hadits di atas selain diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Nasa’i dari Jabir, juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Baihaqi, Thabarani, Ibnu Abi Syaibah, dan Abu Ya’la. Hadits ini shahih. Secara jelas dikatakan bahwa warna rayah adalah hitam dan liwa adalah putih

Para ulama sudah membahas hal ini ketika mereka semua menjelaskan hadits-hadits di atas dalam kitab syarah dan takhrijnya. Sebut saja seperti shahib Kanz al-Ummal, Majma’ al-Zawa’id, Fath al-Bari li Ibni Hajar, Tuhfah al-Ahwadzi, Umdah al-Qari, Faidh al-Qadir, dll. Hadits ini  diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, tentu saja dengan status shahih. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Hiban, Baihaqi, Abu Dawud Thayalisi, Abu Ya’la, Nasa’i, Thabarani, dll

Semuanya ini menjadi dalil, bahwa ini adalah bendera Rasulullah. Bukan bendera organisasi tertentu, tetapi bendera Islam dan umat Islam. Karena itu pembakaran ini mendapat reaksi dari seluruh Indonesia, bahkan meluas hingga ke luar negeri. Karena ini bukan bendera biasa, tapi kalimat Tauhid, bendera Rasulullah, bendera Islam dan umatnya

Saat Perang Mu'tah, Sayyidina Ja'far bin Abi Thalib sanggup mempertahankan bendera ini hingga kedua tangannya hilang, dan jantungnya ditembus tombak, hingga syahid. Begitu pun dengan Zaid bin Haritsah, dan 'Abdullah bin Rawwahah, sanggup mengorbankan jiwanya untuk mempertahankan kemuliaan bendera ini. Karena ia lambang perjanjian kita dengan Allah. Ia simbol eksistensi Islam, dan umatnya.[]

-----

 Zakariya al-Bantany:

Rajin tahlilan tapi koq yo aneh bin ajaib mereka justru sangat benci bendera tahlil atau bendera tauhid bahkan mereka sudah melampaui batas dengan bangganya membakar bendera tahlil tersebut..?!

Ini yang namanya "jahil murakkab jiddan" sekaligus bukti bentuk pelecehan dan penghinaan terhadap kalimat tahlil dan pelecehan terhadap Islam dan umat Islam. Sebab bendera tahlil tersebut adalah bendera Rasul sekaligus bendera Islam dan bendera umat Islam yang notabene simbol Islam.

Terbukti demokrasi hanya kian bikin pemuja dan penikmatnya kehilangan akal sehat, hati nurani dan imannya serta rasa malunya hingga mereka makin democrazy alias hanya menjadi tontonan dungu nan gila.

Demokrasi biang pelecehan terhadap tauhid dan seluruh ajaran Islam serta umat Islam.

Masih percaya demokrasi..?!

Udah tumbangkan aja demokrasi sistem kufur. Segera tegakkan kembali sistem Islam Khilafah sang pelaksana Syariah dan pemersatu umat serta penjaga tauhid beserta seluruh ajaran Islam dan umat Islam.

Mau..?!