Page

Jangan Cuman Jadi Pembela Islam Kumatan (bagian 2 - habis)



Oleh: Luky B Rouf, Lajnah Dakwah Sekolah – DPP HTI

Munculnya pembela Islam yang kumatan tak Iain dan tak bukan karena masih bercokolnya virus sekulerisme di tubuh kaum Muslimin, baik individu maupun masyarakat. Sekulerisme itu cara memandang kehidupan dan masalahnya dengan cara pandang separoh agama (Islam), dan separohnya nggak pake agama.

Hal ini sangat kentara di kehidupan kita sehari-hari. Contoh yang sering kita bisa lihat dampaknya adalah menjadikan aturan, syariah, hukum Islam ini macam makanan prasmanan. Diambil yang senang, suka dan yang enak-enak doang, sesuai selera. Ketika berbicara tentang hukum shalat, haji, puasa, iya ayo aja dijalanin. Tapi giliran bicara hukum potong tangan bagi pencuri, rajam bagi pezina, sering dibilangnya itu Islam aliran keras, fundamental dan sebagainya.

Selanjutnya, berawal dari sekulerisme juga kemudian cap teroris atau radikal diaminkan oleh (sebagian) masyarakat. Dan bagi yang menjadi pembela Islam sejati, seharusnya tak gentar dengan stempel-stempel seperti itu. Karena memang sejatinya Islam nggak bakal bisa disatuin dengan yang bukan Islam. Islam itu jelas, kalo diibaratkan warna, Islam itu putih, bukan abu-abu. Sehingga Islam mau dicampuradukkan dalam wadah sekulerisme, nggak bakal bisa nyampur. Islam yang haq nggak bisa dicampurkan dengan yang sekulerisme yang batil.

“Katakanlah (Muhammad), ”Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu.” (TQS. Al-Ma'idah: 100).

“Demi langit yang mengandung hujan; demi bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan. Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar firman yang memisahkan (antara yang haq dan yang batil). Sekali-kali ia bukanlah gurauan. (TQS. ath-Thar'iq: 12-14).

Maka bagi para pembela Islam sejati, harus teguh, kokoh memegang prinsip Islam. Kalo soal stempel radikal, fuhdamental, teroris, ekstrimis, maka ingatlah dulu dakwah Rasulullah SAW di Mekah juga pernah mendapat julukan kayak gitu. Dulu orang-orang Quraisy kumpul di Darun Nadwah untuk menamai Muhammad SAW sebagai 'gila', 'dukun', 'pesihir', tapi secara akal dan fakta itu salah, bahkan orang-orang musyirikin Mekah terpecah memahami pelabelan itu.

Hari ini, orang-orang Barat dan pengekornya menamai Islam sebagai 'Islam radikal', 'Islam garis keras', 'Islam fundamental; dan secara nalar dan riil di lapangan stempel itu hanya untuk jualan ide dan dolar saja.

“Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, Walau orang-orang kafir membencinya” (QS. At-Taubah: 32).

Yuk istiqamah menjadi pembela Islam sejati. Jangan luntur perjuangan dan pembelaan kita hanya karena stempel nggak jelas kayak gitu. Ingatlah, stempel kayak gitu datangnya dari musuh-musuh Islam, orang-orang kafir. Saudara kita kaum Muslimin, tidak salah sepenuhnya, mereka hanya terbawa arus atau karena di benak mereka terjangkiti virus sekulerisme. Musuh kita yang sejati bukan kaum Muslimin. Jika kita mau berhadap-hadapan maka yang pantas jadi musuh adalah orang-orang yang memusuhi dakwah Islam. Layaknya seperti orang-orang musyrikin di Mekah, dan atau kaum kafirin di Madinah, di masa dakwah Rasulullah SAW.

Sehingga jika ingin melihat profil para pembela Islam yang sejati, bukan pembela Islam yang kumatan bacalah profil para sahabat Nabi SAW. Perikehidupan mereka bisa kita jadikan teladan, dan mereka itu dihasilkan dari gemblengan ruhiyah, jasadiyah, fikriyah dari pembinaan bersama Rasulullah SAW. Maka jangan pernah tinggalkan majelis-majelis ilmu, seperti yang sudah disebutkan di tulsan ini bagian pertama. Jangan remehkan forum-forum kecil halaqah, justru dari situlah singa-singa podium mengaung, menyerukan dakwah Islam. Dari forum tersebut juga macan-macan padang pasir menggelora semangatnya untuk berjihad fi sabilillah. Allahu Akbar! []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 196
---

SMS/WA Berlangganan Tabloid Media Umat: 0857 1713 5759