Page

Jangan Biarkan Ramadhan Berlalu Sia-Sia



Ada yang menulis: “Apabila seorang istri menyiapkan makan sahur dan berbuka dengan ikhlas untuk suaminya selama bulan puasa hingga terbit THR, maka semua pintu-pintu mal akan terbuka untuk istri dan bebas memilih masuk dari pintu mana saja," begitu kata ibu-ibu.”

Muslimpreneur

Kita mesti benar-benar bertaubat. Meski kini Ramadhan sudah memasuki paruh kedua, namun negeri ini sepertinya tak mau sungguh-sungguh menyambutnya dengan penuh ketaatan kepada Allah SWT. Nastaghfirullahal azhim!

Beragam kemaksiatan terus dipertontonkan dengan kasat mata: Kriminalisasi ulama dan ormas Islam tak kunjung berhenti. Islam terus menjadi bulan-bulanan fitnah, pelecehan, kezaliman, dan entah kemaksiatan apalagi. Suara ulama-ulama yang masih hanif tak digubris. Suara umat yang hanya menginginkan keadilan tak ditanggapi. Aparat yang tupoksinya melindungi dan mengayomi malah terkesan kuat membela pelaku kemungkaran, padahal jelas-jelas mereka juga Muslim.

Ramadhan tahun ini juga diwarnai dengan aksi pejabat publik di pusat Jawa Barat yang mengolok-olok ayat dan hadits dengan membuat 'hadits' di atas. Kebebasan yang dijamin oleh demokrasi. Bebas berpendapat apa saja. Bebas berbuat apa saja. Seolah tidak takut dengan ancaman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat At Taubah ayat 55 dan 56 bahwa pelakunya disebut telah kafir sesudah beriman!

Masihkah ada Ramadhan di negeri ini?

Muslimpreneur

Negeri yang kita cintai ini, sepertinya memang telah menghalalkan dirinya untuk menerima azab dari Allah SWT! Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, ketika dua kemaksiatan, yakni perzinaan dan riba dibolehkan, bahkan merajalela mengurat akar dalam seluruh sendi kehidupan kita, maka saat itulah negeri ini mengundang azab Allah. Dua kemaksiatan jahiliyah inilah yang mengundang kerusakan peri kehidupan kita dari yang parsial hingga sistemik. Mengerikan!

Pun ketika secara individual, sebagian dari kita telah berhasil mengentaskan diri dari jeratan riba, debu riba tetap mengenai kita. ”Sungguh akan datang pada manusia, suatu masa (ketika) tiada seorangpun di antara mereka yang tidak akan memakan (harta) riba. Siapa saja yang tidak memakannya, maka ia tetap akan terkena debu (riba)nya.” (HR. an-Nasai, Ibnu Majah dan Abu Dawud).

Mengapa kita tak bisa melepaskan diri 100 persen? Itu karena sistem ekonomi yang dianut negeri kita ini kapitalisme. Sistem ekonomi kapitalisme sangat bergantung pada riba! Yap, begitulah, ibarat tubuh manusia, sistem ini memiliki anggota-anggota tubuh yang menyokongnya. Tubuhnya adalah pasar bebas, aliran darahnya adalah uang kertas, jantungnya adalah lembaga perbankan dan pemompa jantungnya adalah suku bunga (riba). Jadi sangat wajar, kalau debu riba ada di mana-mana.

Riba berikut debu-debunya akan hilang tak berbekas ketika sistem ekonominya Islam. Tubuhnya adalah penerapan politik ekonomi Islam, aliran darahnya adalah aliran uang emas dan perak, jantungnya adalah lembaga Baitul Maal dan pemompa jantungnya adalah kewenangan khalifah (dalam menerapkan syariah untuk melayani umat sepenuhnya). Masya Allah.

Muslimpreneur

Ramadhan adalah bulan ketaatan. Bulan yang dimuliakan Allah untuk kita. Bulan penghulu para bulan. Bulan yang masya Allah penuh dengan segala kebaikan di dalamnya. Bulan yang semestinya bisa menjadi momentum buat kita semua untuk kembali kepada Islam yang kaaffah dengan penuh kesadaran.

Pengusaha yang sudah terbiasa berani mengambil keputusan bisnis, berani mengambil risiko atas keputusan yang telah dibuat dan berani bertanggung jawab atas pilihannya, sudah selayaknya menjadi garda terdepan bagi perbaikan negeri ini. Tak cukup bagi kita jika hanya lepas riba sendirian. Tak cukup bagi kita jika hanya memikirkan keselamatan dunia-akhirat kita sendiri. Bagaimana dengan umat ini? Bagaimana dengan negeri ini? Tidakkah kita punya kepedulian untuk ini semua? Allah SWT menjanjikan Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang kita pijak bagi mereka yang beriman dan beramal shalih. Tegakah kita untuk tidak peduli dengan umat kita yang tenggelam dalam kesalahannya?

Muslimpreneur

Mari kita benahi diri kita dengan mengkaji Islam kaffah sungguh-sungguh sembari mendakwahkannya ke seluruh penjuru hingga tak ada lagi rumah di negeri ini yang tidak menerima Islam kaaffah. Mari menjadi pengusaha pejuang syariah dan khilafah!

Bacaan: Tabloid Media Umat edisi 199
---

SMS/WA Berlangganan Tabloid Media Umat: 0857 1713 5759