Page

Menyoroti Ancaman Global Dunia Versi Kemenlu RI



Terorisme sepertinya masih menjadi daftar utama persepsi ancaman dunia saat ini. Seperti negara-negara lain, Indonesia pun menyatakan salah satu ancaman utama global dunia adalah terorisme yang berhubungan dengan ISIS dan teroris lintas negara. Hal ini diungkap Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pernyataan pers tahunan di Kementerian Luar Negeri RI Kamis (8/1/2015).

Menurutnya, beberapa tantangan dan ancaman global dunia yang dihadapi Indonesia pada tahun 2015 antara lain ancaman terorisme seperti munculnya ISIS (Islamic State of Iraq and al-Sham) dan foreign terrorist fighters (FTF), kejahatan narkoba, dan wabah Ebola. Sementara dalam bidang ekonomi, Kemenlu RI menyoroti krisis ekonomi dan keuangan global dunia yang belum menunjukkan pemulihan yang sempurna.

Rumusan persepsi ancaman versi Kemenlu RI jelas masih membebek pada negara-negara Barat yang selalu menjadikan terorisme menjadi ancaman utama mereka.

Bagi Barat, menjadikan terorisme sebagai ancaman global adalah sangat penting dalam mengokohkan kepentingan penjajahan negara-negara imperialis Barat di dunia. Isu perang kontra terorisme digunakan sebagai alat politik untuk menarik sebanyak mungkin dukungan negara-negara di dunia dengan dalih melakukan kerjasama internasional. Dengan alasan memerangi terorisme, Barat melakukan intervensi terhadap negara-negara lain menutupi maksud jahat penjajahan mereka sebenarnya.

Monsterisasi ancaman ISIS kemudian menjadi isu penting, pasca menurunnya pamor al-Qaeda yang sebelumnya dijadikan musuh nomor satu negara-negara Barat. Berbeda dengan al-Qaeda, isu ISIS juga digunakan oleh Barat untuk membangun stigma negatif terhadap negara Islam, khilafah, dan syariah. Padahal ISIS sendiri tidak bisa mewakili sistem khilafah 'ala minhajin nubuwah. Apalagi dalam beberapa aspek tindakan tandzim ISIS justru bertentangan dengan syariah Islam.

Membangun citra negatif terhadap khilafah dan syariah ini penting, sebab negara-negara Barat menyadari adanya keinginan yang kuat dari negeri-negeri Islam untuk menegakkan khilafah yang akan menerapkan syariah Islam secara totalitas. Namun, upaya Barat ini dipastikan gagal, karena semakin kuatnya kesadaran politik masyarakat akan segala makar negara-negara Barat.

Menjadikan terorisme dan ISIS sebagai ancaman global, jelas merupakan bentuk kepatuhan politik luar negeri Indonesia kepada Barat dan sebuah kesalahan fatal dalam perumusan persepsi ancaman global.

Pasalnya, ancaman terbesar dunia saat ini, justru adalah ideologi kapitalisme yang diemban oleh negara! negara imperialis Barat. Untuk mengokohkan kapitalisme dunia, negara-negara Barat menggunakan metode yang baku (tetap) yaitu penjajahan dalam berbagai bentuk, baik ekonomi, politik, sosial, maupun budaya.

Berbagai konflik dan perang di dunia, tidak lain merupakan buah dari kebijakan kapitalisme ini. Amerika Serikat dan negara imperialis Barat yang lain, kerap merancang berbagai kerusuhan, makar, adu-domba, di satu kawasan untuk menciptakan instabilitas. Setelah itu mereka melakukan intervensi dengan alasan untuk menjaga perdamaian. Seperti yang dilakukan di Pakistan, Yaman, dan Irak.

Krisis ekonomi dunia juga tidak bisa dilepaskan dari keserakahan negara-negara imperialis. Kebijakan ekonomi liberal seperti pasar bebas, perdagangan bebas, kebebasan investasi, rezim mata uang dolar, privatisasi BUMN, dan utang luar negeri, menjadi sarana penjajahan ekonomi. Dengan kebijakan neoliberal, Barat sukses merampok kekayaan alam dan memiskinkan penduduknya. Semua ini kemudian dilegalkan oleh negara yang terjajah melalui produk UU yang dilahirkan dari sistem demokrasi yang dikuasai pemilik modal. Seharusnya, ideologi kapitalis inilah yang dijadikan menjadi musuh nomor satu dunia termasuk oleh Indonesia.

Seharusnya, Amerika Serikat dan sekutu-sekutu imperialisnyalah yang menjadi ancaman utama dunia. Bukankah negara ini yang bertanggung jawab atas tertindasnya lebih dari 1 juta rakyat Irak akibat pendudukan Amerika, terbunuhnya ribuan umat Islam oleh pesawat tanpa awak Amerika di Pakistan dan Afghanistan? Bukankah negara ini pula yang mendukung penuh entitas penjajah Yahudi saat membantai ribuan umat Islam di Gaza tahun lalu? Bukankah negara-negara imperialis ini yang mendukung rezim-rezim kejam di dunia Islam seperti Husni Mubarak, As-Sisi, Karimov, Assad, Khadafi yang telah membunuh rakyatnya sendiri?

Tentu saja, untuk menghadapi negara-negara kapitalisme global ini, dibutuhkan negara global dengan ideologi global juga. Di sinilah letak penting, kenapa umat Islam membutuhkan negara khilafah. Negara global ini akan menjadi payung pemersatu dan perisai pelindung umat Islam dengan ideologi Islamnya. Negara Khilafah ini, insya Allah akan segera tegak menggantikan negara kapitalisme global. Kalau pemimpin-pemimpin negara teroris dunia bisa berbaris rapi dan bergandeng tangan membela demokrasi dalam solidaritas terhadap Charlie Hebdo di Paris baru-baru ini, kenapa kita tidak bisa bekerjasama dan bergandeng tangan untuk menegakkan khilafah? Allahu Akbar!

Bacaan: Tabloid Media Umat edisi 143, Januari-Pebruari 2015
---