Page

Jangan Cuman Jadi Pembela Islam Kumatan (bagian 1)



Oleh: Luky B Rouf, Lajnah Dakwah Sekolah – DPP HTI

Rupanya dagangan opini dan pelabelan teroris atau fundamentalis ini masih terus akan dijual seiring pelemahan semangat pembelaan Islam yang nggak kunjung berhasil, bahkan disinyalir makin menguat. Alhamdulillah dengan izin Allah, kaum Muslimin wa bil khusus di Indonesia semangat jihad, membela Islam, bahkan gelora menerapkan syariah senantiasa membahana, sehingga inilah yang membuat para penggerak opini miring tentang syariah, jihad, pembelaan Islam menjadi kebakaran jenggot. Dan akhirnya lagu lama tadi senantiasa diputar.

Di kalangan remaja, anak-anak muda kita bisa melihat tak sedikit yang memiliki semangat pembelaan Islam, tak rela Islam dinistakan, ulamanya dilecehkan, syari'ahnya dikesampingkan. Mereka tergerak dalam lautan gelora dalam beberapa aksi yang sudah digelar oleh kaum Muslimin beberapa waktu lalu. Maka gelora semangat ini nggak boleh padam, bahkan harus senantiasa dikobarkan dan dilanjutkan untuk lebih serius dan terarah menjadi pembela-pembela Islam yang sejati. Bukan hanya pembela Islam yang kumatan, atau tergerak hanya ketika baru terbukti Islam dilecehkan.

Islam memang tetap akan mulia tanpa kita bela, sebagaimana Rasulullah Saw. sampaikan dalam sebuah haditsnya: ”Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya.” (HR. Ad-Daruquthni (III/181 no.3564)

Jadi bukan masalah Islamnya, tapi masalah kitanya sebagai pemeluk, penganut sampe di mana pembelaan kita terhadap Islam, sampai di mana amal perbuatan kita sebagai Muslim. Tentunya bukan untuk dilihat dan dinilai oleh manusia, tapi sematamata kita lakukan dalam rangka taqarub (mendekatkan diri) kepada Allah, sebagai sarana ibadah kita kepada Allah.

Islam ini dinistakan bukan hanya karena seorang penista yang melecehkan salah satu ayat di Surat Al-Maidah, tapi sadar atau enggak kita, kaum Muslimin saudara kita sendiri yang melecehkan (baca: mengabaikan) ayat-ayat Allah yang lain. Seorang Muslimah yang sudah baligh misalnya, ketika keluar rumah wajib mengenakan jilbab dan khimar karena itu perintah dari Allah di surat Al-Ahzab 59 dan AnNuur 31, tapi faktanya kaum Muslimah enjoy-enjoy keluar rumah pamerkan aurat, bahkan sebagian bangga bertelanjang ria.

Itu baru satu contoh atau satu perintah, bagaimana dengan perintah atau larangan Allah dalam ratusan atau ribuan ayat Allah maupun hadits Rasulullah SAW? Apakah kita juga pernah tersinggung jika ayat-ayat tersebut juga dilecehkan atau diabaikan oleh kaum Muslimin sendiri? Apakah kita juga gerah ketika melihat banyak sekali pelecehan, kemaksiatan bertebaran di depan mata kita?

Jika jawaban dari semua pertanyaan itu adalah ”tidak" atau ”belum” maka itu, indikasi bahwa kita hanya menjadi pembela Islam yang kumatan, pembela Islam yang musiman, pembela Islam yang tren-trenan. Sebagai gantinya, kita harusnya merasa tidak cukup hanya menjadi pembela Islam kumatan, kita harus menjadi pembela Islam yang sejati. Bagaimana sih menjadi pembela Islam yang sejati?

Pertama, pembela Islam sejati harus mau membina diri dalam tsaqofah Islam. Dirinya nggak merasa cukup hanya sekedar datang ke taklim, setelah itu pulang, besoknya datang lagi, trus pulang. Dia rela waktunya disita untuk senantiasa mentafakuri, mendalami tsaqafah Islam bersama para pembinanya (musyrif).

Kedua, untuk menjadi pembela Islam sejati harus mau dan mampu berdakwah. Kenapa? Karena memang Islam tidak akan mencapai kejayaannya, tidak akan sampai ke telinga kita jika tidak ada yang mengemban. Di sisi yang lain, kemungkaran dan kemaksiatan di sekitar kita harus dihilangkan, dan salah satunya dengan cara dakwah. Di manapun harus berdakwah. Dakwah itu everywhere dan everytime.

Ketiga, pembela Islam sejati tidak membatasi gerak dan pengetahuannya hanya di lingkup lokal. Istilahnya, act local think global. Pemersatu kaum Muslimin adalah akidah Islam, bukan darah atau daerah. Itulah kenapa Rasulullah Saw mengibaratkan kita 'satu tubuh', karena memang kita harus merasakan apa yang dirasakan oleh kaum muslimin di Suriah misalnya, di Palestina, di Patani, dan sebagainya. Sehingga persaudaraan kita itu lintas negara, lintas benua. Wajarlah jika persatuan kita juga seharusnya dalam satu wadah yakni khilafah Islamiyah. []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 195
---