Page

Penduduk Aljazair Meminta Bantuan Khilafah Utsmani Sultan Salim I



Rakyat Aljazair Meminta Bantuan Sultan Salim I

Prof. Dr. Abdul Jalil At-Tamimi menerjemahkan manuskrip berbahasa Turki yang kini tersimpan di perpustakaan manuskrip bersejarah di Istanbul -Thuba Qabi Siray- dengan no. 4656. Manuskrip ini merupakan bukti otentik surat yang dikirimkan rakyat Aljazair kepada Sultan Salim. Surat tersebut tertulis bulan Dzul Qa'dah tahun 925 H, atau diperkirakan dikirim antara tanggal 26 Oktober sampai 3 Nopember 1519 M.

Surat tersebut dikirim atas perintah Khairuddin, setelah Sultan pulang ke Istanbul dari Mesir dan Syam. Tujuan dari surat itu ialah permohonan menjalin aliansi antara rakyat Aljazair dengan pemerintahan Utsmani. Di sana disebutkan, Khairuddin sangat ingin pergi sendiri ke Istanbul untuk mengemukakan berbicara secara pribadi dengan Sultan tentang persoalan di Aljazair. Namun para pemimpin Aljazair memintanya tetap tinggal, demi berjaga-jaga jika ada serangan musuh. Mereka meminta Khairuddin untuk mengirimkan utusan sebagai wakil dirinya. Surat yang dibawa oleh delegasi itu lalu dikirimkan atas nama para pemimpin, para hakim, para khatib, para fakih, para imam, para praktisi bisnis, tokoh masyarakat, para penduduk kota Aljazair. Dalam surat itu disebutkan, bahwa rakyat Aljazair memberikan loyalitas penuh kepada pemerintahan Utsmani. Delegasi itu dipimpin langsung oleh seorang alim, Ustadz Abul Abbas Ahmad bin Qadhi, salah seorang ulama terkemuka di Aljazair, juga komandan militer dan politikus. Dia dianggap sangat pantas untuk memberikan gambaran yang benar dan jelas tentang kondisi negeri Aljazair dan ancaman yang mengepungnya dari segala sisi.

Para delegasi menjelaskan usaha keras 'Uruj dalam melawan orang-orang kafir; bagaimana kegigihan dia dalam memperjuangkan agama, memberi perlindungan kepada kaum muslimin, bagaimana riwayat jihadnya sampai

mendapatkan mati syahid akibat pengepungan yang dilakukan orang-orang Spanyol di kota Tilmisan. Mereka juga menjelaskan bahwa setelah 'Uruj meninggal, dia digantikan oleh saudaranya Khairuddin, yang diberi gelaran "Al Mujahid Fi Sabilillah Abu At-Tuqa”. Tentang sosok Khairuddin ini, delegasi menjelaskan:

“Dia adalah seorang pengganti yang sangat baik dalam membela kami. Kami tidak mendapatkan sesuatu darinya kecuali keadilan, serta sikapnya yang selalu selaras dengan ajaran Rasulullah Saw. Dia memandang Tuan Sultan dengan penuh rasa hormat dan memuliakan. Dia mengorbankan harta dan jiwanya untuk berjihad dalam memperoleh keridhaan Rabbul 'Ibad Swt., serta untuk meninggikan agama Allah. Semua harapannya (untuk menolong rakyat Aljazair) tertuju kepada Kesultanan Tuan yang mulia. Kami beritahukan, bahwa kecintaan kami kepadanya sangat mendalam. Kami dan pemimpin kami siap menjadi pembantu Tuan. Demikian pula dengan penduduk Bajayah, Timur dan Barat, juga siap berkhidmat untuk Tuan. Sesungguhnya orang yang membawa surat ini akan mengemukakan pada Tuan semua peristiwa yang terjadi di negeri ini. Wassalam." (AI-Daulah AI-Utsmaniyyah Daulah Islamiyyah Muftara 'Alaiha, 2/910.)

Surat yang disebutkan di atas menjelaskan tentang pandangan orang-orang Aljazair terhadap pemerintahan Utsmani. Ada beberapa poin yang bisa kita tangkap, antara lain:

Sesungguhnya Khairuddin merupakan sosok penguasa muslim yang mulia di Afrika Utara. Dia adalah sosok yang menghormati dan menerapkan prinsip-prinsip Syariat Islam. Dia berlaku adil dalam menjalankan pemerintahannya. Aktivitas terfokus untuk melakukan Jihad terhadap pasukan Nasrani. Dia sangat menghormati posisi pemerintahan Utsmani dan loyal kepadanya. Selain itu, surat tersebut juga menunjukkan adanya kesatuan elemen-elemen kaum muslimin Aljazir, serta harapan-harapan mereka ke depan. (AI-Daulah AI-Utsmaniyyah Daulah Islamiyyah Muftara 'Alaiha, hlm. 2/911.)

Respon Positif Sultan Salim I

Setelah membaca surat dan menerima delegasi rakyat Aljazair, Sultan Salim segera bertindak cepat. Beliau memberikan pangkat Bakler Baik kepada Khairuddin Barbarosa. Khairuddin lalu ditunjuk menjadi komandan tertinggi pasukan bersenjata di wilayah Aljazair, mewakili Sultan. Aljazair bagian dari pemerintahan Utsmani, dan semua serangan dari luar yang menyerang Aljazair, dianggap sebagai permusuhan terhadap pemerintahan Utsmani. Keputusan Sultan Salim I ini ditindaklanjuti dengan mengirimkan bantuan kekuatan berupa senjata meriam dan 2000 pasukan Inkisyariyyah. Maka sejak tahun 1519 M itu, pasukan Inkisyariyyah muncul dalam peta politik dan militer di Afrika Utara, dan menjadi unsur sangat menonjol berbagai peristiwa. Sultan Salim sendiri mengizinkan siapa saja dari rakyat Turki Utsmani yang berniat pergi ke Aljazair untuk menjadi bagian dari kaum mujahidin di sana. Sultan memberikan keistimewaan kepada sukarelawan mujahidin yang pergi ke Aljazair seperti keistimewaan yang diberikan kepada pasukan Inkisyariyyah. Hal ini dilakukan Sultan untuk memberikan motivasi kepada rakyatnya agar senang bergabung dengan pasukan mujahidin.

Dengan kebijakan itu, sejumlah penduduk yang berasal dari Anatolia datang berbondong-bondong mengikuti barisan mujahidin ke Aljazair. Mereka rindu ingin ikut terjun langsung dalam medan jihad melawan pasukan Nasrani. Kebijakan brilian dari Sultan Salim itu telah menghasilkan berbagai hasil penting, antara lain:

1. Secara resmi wilayah Aljazair berada di bawah pemerintahan Utsmani sejak tahun 1519 M. Sejak saat itu khutbah-khutbah di masjid selalu menyebut dan mendoakan nama Sultan Salim. Nama Sultan juga dicantumkan dalam mata uang Aljazair.

2. Masuknya kekuatan Utsmani ke wilayah Aljazair bukan dengan cara perang atau penaklukan militer. Tetapi ia terjadi karena adanya permintaan dari penduduk Aljazair sendiri kepada pemerintahan Utsmani, sebagai upaya membentengi wilayah itu dari serangan kaum Nasrani.

3. Sesungguhnya wilayah Aljzair adalah wilayah pertama di Afrika Utara yang masuk ke dalam pemerintahan Utsmani. Aljazair lalu menjadi pusat gerakan jihad pemerintahan Utsmani di Laut Tengah. (AI-Daulah AI-Utsmaniyyah Daulah Islamiyyah Muftaraa 'Alaiha, 2/912.) Pemerintahan Utsmani sangat berkepentingan untuk meluaskan wilayah kekuasaanya di wilayah-wilayah lain di Afrika Utara untuk disatukan di bawah panji Islam, dalam upaya melepaskan kaum muslimin di Andalusia dari perlakuan barbarik kaum Nasrani di Spanyol.

Masa pemerintahan Sultan Salim I merupakan titik awal perluasan kekuasaan Utsmani di wilayah Afrika Utara dalam rangka melindungi Islam dan kaum muslimin. Setelah itu, proyek jihad dilanjutkan oleh anaknya, Sulaiman Qanuni. Sultan Salim telah merespon positif panggilan jihad dari saudara-saudaranya di Aljazair. Dan dengan cepat, pemerintahan Utsmani membangun armada laut khusus di sepanjang pesisir Afrika Utara yang sejak awal dinamai dengan nama dua komandan legendaris, 'Uruj dan Khairuddin Barbarosa. (AI-Masyriq AI-Arabiya AI-Maghrib AI-'Arabi, Dr. Abdul Aziz Qaid, hlm. 97.)

Sumber bacaan: Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi